Bank DKI memiliki komitmen untuk selalu membantu masyarakat Jakarta, mengundang putra putri serta para profesional muda di bidang perbankan yang memiliki kompetensi, semangat, integritas tinggi untuk bergabung dengan kami guna mewujudkan Bank DKI menjadi yang terbaik dan membanggakan, sebagai :
CUSTOMER SERVICE (Kode: CS) dan ADMINISTRASI (Kode: ADM)
Kualifikasi Khusus :
Pendidikan minimal S1.
IPK min 2.75
Usia Maksimal 30 tahun.
Belum menikah.
TELLER (Kode TL)
Kualifikasi Khusus :
Pend. SLTA , nilai rata-rata minimal 6,5
Pendidikan D1-D3, IPK minimal 2,5
Usia Maksimal 23 tahun.
Diutamakan
Berpengalaman sebagai Teller.
Belum menikah.
Kualifikasi Umum :
Pendidikan minimal S1, diutamakan dari Perguruan Tinggi terkemuka Jurusan : Akuntansi, Manajemen, Perbankan, Matematika, Statistika, Teknik Industri, Teknik Arsitektur, Teknik Sipil, Hukum, Ilmu Komputer, Komunikasi, Humas / Public Relation (Kode : CS, ADM)
Berpenampilan menarik dan Berkepribadian baik.
Tinggi Badan : Wanita minimal 160 cm; Pria minimal 165 cm, dengan Berat Badan proporsional.
Customer oriented
Diutamakan domisili Jabodetabek.
Diutamakan memiliki kemampuan berbahasa Inggris (Lisan/Tulisan)
Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Satuan Kerja PT. Bank DKI
Kandidat yang memenuhi kualifikasi di atas dapat mengirimkan email dalam format word/pdf dengan attachment maksimal 5 Megabyte (MB) melalui alamat email dengan mencantumkan subject kode lamaran ex : Teller/TL,Customer Service/CS, Administrasi/ADM) ke :
recruitment@bankdki.co.id
Atau Surat lamaran lengkap (Lamaran, Curriculum Vitae, Fotocopy KTP, Pas Foto 4X6, Foto copy Ijasah Terakhir dan Transkrip Nilai) dengan kode lamaran pada sudut kiri atas amplop dapat ditujukan ke alamat :
Pemimpin Grup Sumber Daya Manusia
PT.Bank DKI
Jl. Ir.H Juanda III No. 7-9 Lt.4 Jakarta Pusat 10120
Minggu, 18 September 2011
Minggu, 14 Agustus 2011
Sabtu, 06 Agustus 2011
awalnya merasakan cinta
masa2 sma emang yang paling indah,krn sejak itu aku merasakan rasa jatuh cinta.rasanya sunguh menyenang kan
Rabu, 20 Juli 2011
baru 2011
Lowongan kerja terbaru lulusan SMA S1 Pasuruan Jatim Juni 2011
Perusahaan yang bergerak dibidang Leather Bags (tas kulit) sedang membutuhkan SEGERA:
1. PUCHASING DEPT. HEAD
Persyaratan khusus:
- Laki-laki/perempuan
- Usia mInimal 35 tahun.
- Pendidikan min. S1
- Pengalaman minimum 3 tahun di bidang pembelian
- Menguasai komputer dengan baik
- Mempunyai kemampuan berkomunikasi dan negosiasi yang baik
- Bisa berbahasa Inggris
- Tekun, ulet, jujur dan tegas
- Mampu bekerja di bawah tekanan.
2. PURCHASING SUPERVISOR
Persyaratan khusus:
- Laki-laki/perempuan
- Usia maksimal 30 tahun
- Pendidikan min. S1
- Pengalaman minimum 1 tahun di bidang pembelian
- Menguasai komputer dengan baik
- Mempunyai kemampuan berkomunikasi dan negosiasi yang baik
- Mampu bekerja di bawah tekanan.
- Bisa berbahasa Inggris lebih diutamakan
3. HRD & GA STAFF
Persyaratan khusus:
- Laki-laki/perempuan
- Usia maksimal 25 tahun
- Pendidikan min. S1 Hukum/Psikologi
- Pengalaman minimal 1 tahun.
- Tekun, ulet, jujur, dan tegas
- Mengerti tentang UU Ketenagakerjaan
- Mampu bekerja di bawah tekanan.
4. PRODUCTION ADMINISTRATION
Persyaratan khusus:
- Perempuan
- Usia mInimal 20 tahun
- Pendidikan min. SMA/Sederajat
- Menguasai komputer dengan baik
- Tekun, ulet, dan jujur
- Berpenampilan menarik
Persyaratan umum:
• Lamaran Kerja dan Daftar Riwayat Hidup
• Fotokopi Ijasah terakhir dan transkrip nilai
• Pas foto terbaru (berwarna) 3 x 4 = 2 lembar
• Fotokopi KTP (Kartu Tanda Penduduk)
• Fotokopi SKKB (SKCK) yang masih berlaku
• Fotokopi KK (Kartu Keluarga)
• Surat Keterangan Sehat dari Dokter
• Dokumen pendukung lainnya (pengalaman kerja)
Perusahaan yang bergerak dibidang Leather Bags (tas kulit) sedang membutuhkan SEGERA:
1. PUCHASING DEPT. HEAD
Persyaratan khusus:
- Laki-laki/perempuan
- Usia mInimal 35 tahun.
- Pendidikan min. S1
- Pengalaman minimum 3 tahun di bidang pembelian
- Menguasai komputer dengan baik
- Mempunyai kemampuan berkomunikasi dan negosiasi yang baik
- Bisa berbahasa Inggris
- Tekun, ulet, jujur dan tegas
- Mampu bekerja di bawah tekanan.
2. PURCHASING SUPERVISOR
Persyaratan khusus:
- Laki-laki/perempuan
- Usia maksimal 30 tahun
- Pendidikan min. S1
- Pengalaman minimum 1 tahun di bidang pembelian
- Menguasai komputer dengan baik
- Mempunyai kemampuan berkomunikasi dan negosiasi yang baik
- Mampu bekerja di bawah tekanan.
- Bisa berbahasa Inggris lebih diutamakan
3. HRD & GA STAFF
Persyaratan khusus:
- Laki-laki/perempuan
- Usia maksimal 25 tahun
- Pendidikan min. S1 Hukum/Psikologi
- Pengalaman minimal 1 tahun.
- Tekun, ulet, jujur, dan tegas
- Mengerti tentang UU Ketenagakerjaan
- Mampu bekerja di bawah tekanan.
4. PRODUCTION ADMINISTRATION
Persyaratan khusus:
- Perempuan
- Usia mInimal 20 tahun
- Pendidikan min. SMA/Sederajat
- Menguasai komputer dengan baik
- Tekun, ulet, dan jujur
- Berpenampilan menarik
Persyaratan umum:
• Lamaran Kerja dan Daftar Riwayat Hidup
• Fotokopi Ijasah terakhir dan transkrip nilai
• Pas foto terbaru (berwarna) 3 x 4 = 2 lembar
• Fotokopi KTP (Kartu Tanda Penduduk)
• Fotokopi SKKB (SKCK) yang masih berlaku
• Fotokopi KK (Kartu Keluarga)
• Surat Keterangan Sehat dari Dokter
• Dokumen pendukung lainnya (pengalaman kerja)
pmt iain sby
Visi :
Terwujudnya Jurusan Pendidikan Matematika (PMT) Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya sebagai pusat pengembangan pendidikan matematika yang unggul, kompetitif dan menjadi rujukan lembaga pendidikan.
Misi :
Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran dalam bidang pendidikan matematika secara profesional, akuntabel dan berdaya saing tinggi.
Mengembangkan penelitian pendidikan matematika yang relevan dengan kebutuhan masyarakat.
Memberikan konstribusi terhadap pengembangan kualitas pendidikan matematika
Tujuan :
Menghasilkan sarjana pendidikan matematika yang profesional, unggul dan berdaya saing tinggi.
Menghasilkan produk pemikiran dan pengembangan pendidikan matematika yang kreatif dan inovatif.
Menghasilkan model layanan jasa pendidikan matematika yang berkualitas
Sasaran :
Sarjana pendidikan matematika yang profesional, unggul dan berdaya saing tinggi.
Produk pemikiran dan pengembangan pendidikan matematika yang kreatif dan inovatif.
Model layanan jasa pendidikan matematika yang berkualitas.
Dasar Hukum
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
UU No. 15 Tahun 2006 tentang Guru dan Dosen
PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Permen Diknas No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
Statuta IAIN Sunan Ampel
Standart Kompetensi Lulusan (SKL)
Standar Kompetensi Lulusan dikelompokkan menjadi tiga: Kompetensi dasar; Kompetensi Utama; dan Kompetensi Tambahan (KMA No. 29 Tahun 2008, Pasal 108 Tentang Statuta IAIN Sunan Ampel tentang Kurikulum IAIN Sunan Ampel).
Kompetensi Dasar
Memiliki penguasan ilmu-ilmu keislaman serta mampu menerapkannya di masyarakat dalam menjalankan profesinya.
Memiliki ketrampilan berbahasa Indonesia dan bahasa Asing yang menunjang profesinya sebagai guru matematika.
Menjadi sarjana muslim yang beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia.
Memiliki rasa kebangsaan, kebhinekaan, demokratis, dan rasa solidaritas sosial.
Memiliki sikap ilmiah dan bertanggungjawab terhadap pengembangan profesi dan keilmuannya.
Kompetensi Utama
Kompetensi Pedagogik
Mengidentifikasi karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual.
Memiliki teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.
Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu.
Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.
Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran.
Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.
Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.
Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
Kompetensi Kepribadian
Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia.
Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat.
Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa.
Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.
Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
Kompetensi Sosial
Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.
Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial dan budaya.
Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.
Kompetensi Profesional
Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan matematika.
Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran matematika di sekolah/madrasah.
Mengembangkan materi pembelajaran matematika secara kreatif.
Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif.
Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri.
Kompetensi Tambahan
Kompetensi tambahan adalah kompetensi di luar kompetensi dasar dan kompetensi utama yang ditetapkan oleh Jurusan sebagai pilihan yang harus dipilih oleh mahasiswa dan mendukung profesinya kelak. Adapun kompetensi tambahan jurusan PMT fakultas Tarbiah IAIN Sunan Ampel adalah memiliki kemampuan menggunakan teknologi informasi untuk pengolahan data statistik, pengembangan media pembelajaran matematika dan pemrograman sederhana sebagai aplikasi logika matematika.
Terwujudnya Jurusan Pendidikan Matematika (PMT) Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya sebagai pusat pengembangan pendidikan matematika yang unggul, kompetitif dan menjadi rujukan lembaga pendidikan.
Misi :
Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran dalam bidang pendidikan matematika secara profesional, akuntabel dan berdaya saing tinggi.
Mengembangkan penelitian pendidikan matematika yang relevan dengan kebutuhan masyarakat.
Memberikan konstribusi terhadap pengembangan kualitas pendidikan matematika
Tujuan :
Menghasilkan sarjana pendidikan matematika yang profesional, unggul dan berdaya saing tinggi.
Menghasilkan produk pemikiran dan pengembangan pendidikan matematika yang kreatif dan inovatif.
Menghasilkan model layanan jasa pendidikan matematika yang berkualitas
Sasaran :
Sarjana pendidikan matematika yang profesional, unggul dan berdaya saing tinggi.
Produk pemikiran dan pengembangan pendidikan matematika yang kreatif dan inovatif.
Model layanan jasa pendidikan matematika yang berkualitas.
Dasar Hukum
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
UU No. 15 Tahun 2006 tentang Guru dan Dosen
PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Permen Diknas No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
Statuta IAIN Sunan Ampel
Standart Kompetensi Lulusan (SKL)
Standar Kompetensi Lulusan dikelompokkan menjadi tiga: Kompetensi dasar; Kompetensi Utama; dan Kompetensi Tambahan (KMA No. 29 Tahun 2008, Pasal 108 Tentang Statuta IAIN Sunan Ampel tentang Kurikulum IAIN Sunan Ampel).
Kompetensi Dasar
Memiliki penguasan ilmu-ilmu keislaman serta mampu menerapkannya di masyarakat dalam menjalankan profesinya.
Memiliki ketrampilan berbahasa Indonesia dan bahasa Asing yang menunjang profesinya sebagai guru matematika.
Menjadi sarjana muslim yang beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia.
Memiliki rasa kebangsaan, kebhinekaan, demokratis, dan rasa solidaritas sosial.
Memiliki sikap ilmiah dan bertanggungjawab terhadap pengembangan profesi dan keilmuannya.
Kompetensi Utama
Kompetensi Pedagogik
Mengidentifikasi karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual.
Memiliki teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.
Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu.
Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.
Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran.
Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.
Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.
Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
Kompetensi Kepribadian
Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia.
Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat.
Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa.
Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.
Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
Kompetensi Sosial
Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.
Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial dan budaya.
Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.
Kompetensi Profesional
Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan matematika.
Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran matematika di sekolah/madrasah.
Mengembangkan materi pembelajaran matematika secara kreatif.
Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif.
Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri.
Kompetensi Tambahan
Kompetensi tambahan adalah kompetensi di luar kompetensi dasar dan kompetensi utama yang ditetapkan oleh Jurusan sebagai pilihan yang harus dipilih oleh mahasiswa dan mendukung profesinya kelak. Adapun kompetensi tambahan jurusan PMT fakultas Tarbiah IAIN Sunan Ampel adalah memiliki kemampuan menggunakan teknologi informasi untuk pengolahan data statistik, pengembangan media pembelajaran matematika dan pemrograman sederhana sebagai aplikasi logika matematika.
Selasa, 28 Juni 2011
kapan ya bisa ikud acara pesta pedang pora?
Pesta (Pedang) Pora
January 9, 2007
By Haris Firdaus
Lelaki-lelaki, dengan tubuh tegap, seragam militer, dan muka serius, berdiri berjejer di atas bentangan karpet merah. Di pinggang kiri mereka, terselampir sebuah pedang. Lumayan panjang, tapi tak terlalu lebar. Dibungkus sarung logam berwarna perak, pedang itu tampak anggun. Beberapa saat lamanya, lelaki-lelaki itu berada dalam posisi yang sama: pandangan mata tegak ke depan, kaki tegap agak terbuka, dan telapak tangan bertemu di belakang tubuh. Agaknya mereka menunggu sesuatu, mungkin aba-aba. Tapi aba-aba bukanlah yang mereka tunggu hakekatnya. Sebab, aba-aba toh masih harus menunggu yang lain: momen, situasi, kedatangan seseorang, atau aba-aba yang lain.
Beberapa lelaki sejenis, tampak sibuk ke sana kemari. Agaknya menanti sesuatu, agaknya menyiapkan sesuatu. Ketika tiba seseorang yang berjas, didampingi seorang perempuan dengan gaun yang mewah, lelaki-lelaki berseragam militer itu berubah posisi. Menjadi berdiri tegap, kaki rapat, dan tangan diangkat sedemikian rupa sehingga sisi samping jari telunjuk mereka menyentuh dahi. Lalu orang yang berjas tadi, berjalan sambil memposisikan tangan sama dengan lelaki-lelaki itu.
Beberapa saat kemudian, seorang lelaki lain, berseragam militer tanpa baret, memakai kalungan bunga melati di lehernya, dan menggandeng seorang perempuan dengan gaun hijau yang menjuntai hingga ke lantai, masuk. Seketika aba-aba riuh diperdengarkan. Dan lelaki-lelaki berseragam militer itu seketika berubah posisi. Salah seorang dari mereka maju, menghadap si lelaki yang memakai kalung melati di lehernya. Lalu percakapan singkat terjadi, dalam bahasa militer.
Lelaki-lelaki berseragam militer itu berubah posisi lagi. Pedang yang menggantung di pinggang kiri mereka, dihunus. Lalu pedang-pedang itu dimoncongkan ke depan dengan posisi agak menurun. Lelaki berkalung melati dan si perempuan, berjalan pelan-pelan menuju rangkaian pedang yang menghadang jalan di depan mereka. Perlahan-perlahan, pedang yang menghadang jalan itu diangkat naik seiring jalan lelaki berkalung melati dan si perempuan. Dengan gerakan yang sedemikian rupa sehingga pedang-pedang terhunus itu bisa lewat di atas kepala pasangan itu, tanpa menyentuh sehelai rambut pun. Demikian, adegan itu diulang beberapa kali karena memang ada beberapa pedang yang dijejer.
Prosesi di atas adalah prosesi yang sering disebut sebagai “Pedang Pora”. Sebuah tradisi di kalangan militer bila ada salah satu anggota mereka melangsungkan pernikahan. Sebuah tradisi wajib yang telah turun-menurun, katanya. Ada banyak simbol dalam ritual itu. Melambangkan persaudaraan, solidaritas, permohonan perlindungan pada Tuhan, dan entah apa lagi. Upacara itu sebenarnya simple, tapi bagaimanapun juga prosesi itu tetap mengundang decak orang-orang awam. Saya saksikan upacara itu dalam sebuah gedung pertemuan lantai dua yang disesaki oleh tamu dengan berbagai lintas umur. Meski berasal dari asal yang jauh berbeda, para tamu itu menyikapi acara itu dengan sebuah tabiat yang sama: anteng, konsentrasi, dan hampir tanpa omongan. Agaknya momen langka itu tak hendak dilepas begitu saja. Juru foto dan kamera pun menjadikan prosesi itu sebagai lahan jepretan yang tak sudah-sudah.
Pedang Pora adalah sebuah tradisi. Tapi sebagai tradisi, ia tak identik dengan nilai “tradisional”. Itu terlihat dengan tak dibenturkannya nilai-nilai itu dengan jaman yang kian jadi modern. Buktinya, Pedang Pora bisa berlangsung di manapun. Di jaman yang bagaimanapun. Hari itu, prosesi yang penuh filosofi itu berlangsung di antara sekian deret benda-benda yang bisa jadi simbol hidup kaum urban: ruang pertemuan yang artistik, jepretan kamera foto dan sorot dari kamera video, gaun-gaun pesta yang menarik, dandanan yang penuh polesan, dan tutur basa-basi yang penuh kesopanan. Juga, berlimpah hidangan yang tersaji dengan indah di atas meja-meja yang berderet.
Dan setahu saya, tak ada masalah dalam pertemuan antara yang “tradisi” dengan yang “modern” saat itu. Semua saling menenggang rasa. Tapi, agaknya yang “tradisi” hanya selintas, itupun tidak penuh. Saat prosesi Pedang Pora belum mulai dan para prajurit masih berdiri dalam posisi “istirahat di tempat”, seorang prajurit melirik sambil berbisik pada rekannya yang kebagian jadi juru foto: “Sssst, foto!” Lalu prajurit yang jadi juru foto itu mengambil gambar satui demi satu rekan-rekannya yang sedang berdiri mematung itu.
Saya tak tahu, dalam kondisi “istirahat di tempat”, bolehkah seorang prajurit minta diambil gambarnya. Yang jelas, agaknya yang “tradisi” makin tergantung pada yang “modern”. Ia tak mampu mengelak dari godaan “ke-modern-an” yang sebenarnya masih patut dipertanyakan nilai-nilainya. Tapi di jaman ini, orang tak berpikir tentang nilai. Makanya, saya pun berpikir: kalau yang “tradisi” makin bergantung pada yang “modern”, adakah yang “modern” pun bergantung pada “tradisi”? Dalam arti filosofis, mungkin tidak. Sebab, meski pesta pernikahan yang saya hadiri beberapa hari lalu itu masih menggelar Pedang Pora, saya sanksi apakah ritual itu digelar demi “nilai” atau demi “bentuk”.
Meski berbagai “nilai” yang terkandung dalam ritual itu berusaha dijabarkan dengan pengeras suara, adakah “nilai” itu bisa diserap dan dihayati oleh mempelai, apalagi oleh hadirin? Saya benar-benar ragu. Sebab keterpesonaan para hadirin pada Pedang Pora, bagi saya, lebih dekat pada keterpesonaan terhadap “bentuk”. Mungkin terpukau oleh pedang-pedang berkilat, sosok yang gagah, ataupun karena ritual itu asing dan tak pernah mereka lihat. Lalu di mana pembicaraan soal “nilai”? Mungkin hanya ada di mulut pembawa acara ritual itu.
Akhirnya, di tengah yang “modern”, “tradisi” memang hanya selintas dan juga tak hadir secara penuh. Ia ditampilkan karena ada unsur menarik dalam “bentuk”-nya, atau untuk menjadi simbol kebanggan dari sebuah komunitas tertentu. Seperti dalam prosesi “siraman” dalam tradisi Jawa yang dilaksanakan di gedung mewah dengan jepretan kamera dan rekaman video yang sekarang jadi simbol “kebanggaan” keturunan ningrat.
Hari itu, setelah Pedang Pora selesai, saya makin yakin kalau para hadirin tak lagi terpesona pada “nilai”, pada “filosofi”. Sebab, ketika tiba acara berdoa untuk mempelai, sebagian besar hadirin yang terlanjur menyentuh hidangan, seakan enggan ikut berdoa dan memilih mengahabiskan makanan yang ada di depan mereka. Padahal, apa hakekatnya menghadiri sebuah resepsi pernikahan: mendoakan mempelai, menyantap makanan, atau untuk menggaet anggota TNI?
January 9, 2007
By Haris Firdaus
Lelaki-lelaki, dengan tubuh tegap, seragam militer, dan muka serius, berdiri berjejer di atas bentangan karpet merah. Di pinggang kiri mereka, terselampir sebuah pedang. Lumayan panjang, tapi tak terlalu lebar. Dibungkus sarung logam berwarna perak, pedang itu tampak anggun. Beberapa saat lamanya, lelaki-lelaki itu berada dalam posisi yang sama: pandangan mata tegak ke depan, kaki tegap agak terbuka, dan telapak tangan bertemu di belakang tubuh. Agaknya mereka menunggu sesuatu, mungkin aba-aba. Tapi aba-aba bukanlah yang mereka tunggu hakekatnya. Sebab, aba-aba toh masih harus menunggu yang lain: momen, situasi, kedatangan seseorang, atau aba-aba yang lain.
Beberapa lelaki sejenis, tampak sibuk ke sana kemari. Agaknya menanti sesuatu, agaknya menyiapkan sesuatu. Ketika tiba seseorang yang berjas, didampingi seorang perempuan dengan gaun yang mewah, lelaki-lelaki berseragam militer itu berubah posisi. Menjadi berdiri tegap, kaki rapat, dan tangan diangkat sedemikian rupa sehingga sisi samping jari telunjuk mereka menyentuh dahi. Lalu orang yang berjas tadi, berjalan sambil memposisikan tangan sama dengan lelaki-lelaki itu.
Beberapa saat kemudian, seorang lelaki lain, berseragam militer tanpa baret, memakai kalungan bunga melati di lehernya, dan menggandeng seorang perempuan dengan gaun hijau yang menjuntai hingga ke lantai, masuk. Seketika aba-aba riuh diperdengarkan. Dan lelaki-lelaki berseragam militer itu seketika berubah posisi. Salah seorang dari mereka maju, menghadap si lelaki yang memakai kalung melati di lehernya. Lalu percakapan singkat terjadi, dalam bahasa militer.
Lelaki-lelaki berseragam militer itu berubah posisi lagi. Pedang yang menggantung di pinggang kiri mereka, dihunus. Lalu pedang-pedang itu dimoncongkan ke depan dengan posisi agak menurun. Lelaki berkalung melati dan si perempuan, berjalan pelan-pelan menuju rangkaian pedang yang menghadang jalan di depan mereka. Perlahan-perlahan, pedang yang menghadang jalan itu diangkat naik seiring jalan lelaki berkalung melati dan si perempuan. Dengan gerakan yang sedemikian rupa sehingga pedang-pedang terhunus itu bisa lewat di atas kepala pasangan itu, tanpa menyentuh sehelai rambut pun. Demikian, adegan itu diulang beberapa kali karena memang ada beberapa pedang yang dijejer.
Prosesi di atas adalah prosesi yang sering disebut sebagai “Pedang Pora”. Sebuah tradisi di kalangan militer bila ada salah satu anggota mereka melangsungkan pernikahan. Sebuah tradisi wajib yang telah turun-menurun, katanya. Ada banyak simbol dalam ritual itu. Melambangkan persaudaraan, solidaritas, permohonan perlindungan pada Tuhan, dan entah apa lagi. Upacara itu sebenarnya simple, tapi bagaimanapun juga prosesi itu tetap mengundang decak orang-orang awam. Saya saksikan upacara itu dalam sebuah gedung pertemuan lantai dua yang disesaki oleh tamu dengan berbagai lintas umur. Meski berasal dari asal yang jauh berbeda, para tamu itu menyikapi acara itu dengan sebuah tabiat yang sama: anteng, konsentrasi, dan hampir tanpa omongan. Agaknya momen langka itu tak hendak dilepas begitu saja. Juru foto dan kamera pun menjadikan prosesi itu sebagai lahan jepretan yang tak sudah-sudah.
Pedang Pora adalah sebuah tradisi. Tapi sebagai tradisi, ia tak identik dengan nilai “tradisional”. Itu terlihat dengan tak dibenturkannya nilai-nilai itu dengan jaman yang kian jadi modern. Buktinya, Pedang Pora bisa berlangsung di manapun. Di jaman yang bagaimanapun. Hari itu, prosesi yang penuh filosofi itu berlangsung di antara sekian deret benda-benda yang bisa jadi simbol hidup kaum urban: ruang pertemuan yang artistik, jepretan kamera foto dan sorot dari kamera video, gaun-gaun pesta yang menarik, dandanan yang penuh polesan, dan tutur basa-basi yang penuh kesopanan. Juga, berlimpah hidangan yang tersaji dengan indah di atas meja-meja yang berderet.
Dan setahu saya, tak ada masalah dalam pertemuan antara yang “tradisi” dengan yang “modern” saat itu. Semua saling menenggang rasa. Tapi, agaknya yang “tradisi” hanya selintas, itupun tidak penuh. Saat prosesi Pedang Pora belum mulai dan para prajurit masih berdiri dalam posisi “istirahat di tempat”, seorang prajurit melirik sambil berbisik pada rekannya yang kebagian jadi juru foto: “Sssst, foto!” Lalu prajurit yang jadi juru foto itu mengambil gambar satui demi satu rekan-rekannya yang sedang berdiri mematung itu.
Saya tak tahu, dalam kondisi “istirahat di tempat”, bolehkah seorang prajurit minta diambil gambarnya. Yang jelas, agaknya yang “tradisi” makin tergantung pada yang “modern”. Ia tak mampu mengelak dari godaan “ke-modern-an” yang sebenarnya masih patut dipertanyakan nilai-nilainya. Tapi di jaman ini, orang tak berpikir tentang nilai. Makanya, saya pun berpikir: kalau yang “tradisi” makin bergantung pada yang “modern”, adakah yang “modern” pun bergantung pada “tradisi”? Dalam arti filosofis, mungkin tidak. Sebab, meski pesta pernikahan yang saya hadiri beberapa hari lalu itu masih menggelar Pedang Pora, saya sanksi apakah ritual itu digelar demi “nilai” atau demi “bentuk”.
Meski berbagai “nilai” yang terkandung dalam ritual itu berusaha dijabarkan dengan pengeras suara, adakah “nilai” itu bisa diserap dan dihayati oleh mempelai, apalagi oleh hadirin? Saya benar-benar ragu. Sebab keterpesonaan para hadirin pada Pedang Pora, bagi saya, lebih dekat pada keterpesonaan terhadap “bentuk”. Mungkin terpukau oleh pedang-pedang berkilat, sosok yang gagah, ataupun karena ritual itu asing dan tak pernah mereka lihat. Lalu di mana pembicaraan soal “nilai”? Mungkin hanya ada di mulut pembawa acara ritual itu.
Akhirnya, di tengah yang “modern”, “tradisi” memang hanya selintas dan juga tak hadir secara penuh. Ia ditampilkan karena ada unsur menarik dalam “bentuk”-nya, atau untuk menjadi simbol kebanggan dari sebuah komunitas tertentu. Seperti dalam prosesi “siraman” dalam tradisi Jawa yang dilaksanakan di gedung mewah dengan jepretan kamera dan rekaman video yang sekarang jadi simbol “kebanggaan” keturunan ningrat.
Hari itu, setelah Pedang Pora selesai, saya makin yakin kalau para hadirin tak lagi terpesona pada “nilai”, pada “filosofi”. Sebab, ketika tiba acara berdoa untuk mempelai, sebagian besar hadirin yang terlanjur menyentuh hidangan, seakan enggan ikut berdoa dan memilih mengahabiskan makanan yang ada di depan mereka. Padahal, apa hakekatnya menghadiri sebuah resepsi pernikahan: mendoakan mempelai, menyantap makanan, atau untuk menggaet anggota TNI?
pajak
enue adalah perusahaan berlokasi di Jakarta Selatan yang sedang berkembang dan fokus pada pelayanan usaha & kebutuhan kantor,saat ini membutuhkan tenaga untuk ikut berkembang bersama.
Staff Keuangan
—————-
1. Wanita usia max 30 tahun
2. Pendidikan minimum SMA/SMEA/D1/D2/D3 jurusan Akuntansi/Keuangan
3. Memiliki pengalaman dalam membuat laporan keuangan & laporan Pajak lebih diutamakan
4. Pernah mengikuti pelatihan akuntansi dan pajak brevet A/B/C Lebih diutamakan.
5. Menguasi aplikasi komputer office
Jika anda memenuhi kriteria di atas, harap segera mengirimkan CV & lamaran
Info detail lihat di : http://jobindo.com/info.php?jobid=30020&op=1
Staff Keuangan
—————-
1. Wanita usia max 30 tahun
2. Pendidikan minimum SMA/SMEA/D1/D2/D3 jurusan Akuntansi/Keuangan
3. Memiliki pengalaman dalam membuat laporan keuangan & laporan Pajak lebih diutamakan
4. Pernah mengikuti pelatihan akuntansi dan pajak brevet A/B/C Lebih diutamakan.
5. Menguasi aplikasi komputer office
Jika anda memenuhi kriteria di atas, harap segera mengirimkan CV & lamaran
Info detail lihat di : http://jobindo.com/info.php?jobid=30020&op=1
Langganan:
Postingan (Atom)